SEJARAH DESA PASAWAHAN KEC. PASAWAHAN KAB. KUNINGAN
 

a.     Sejarah Desa Pasawahan

Nama pasabinan di dalam Bahasa jawa sabin artinya sawah. Jadi pasabinan mengandung arti tempat yang berupa sawah. Tapi bukan semuanya merupakan sawah tentu saja ada daratan, tempat pemukiman, ada kebun dan ada tanah darat lainnya.

Disebut pasabinan karena sawahnya luas dan tanah sawah maupu  tanah darat keadannya subur. Baik hasiil panen sawa maupun hasil perkebunan berupa buah-buahan berlimpah. Masyarakatnya Makmur tak kurang sandang pangan. Tak heran kalua banyak yang dating dari luar daerah untuk turut mengais rizki.

Pada waktu itu, masyarakat pasabinan menganut kepercayaan karuhun, agama karuhun. Mulai dari  ; animisme, percaya kepada penitisan ; dinamisme, percaya kepada benda-benda, kayu, batu, bes,i dianggap mempunyai daya kesaktian. Sesuai dengan perkembangan zaman datang agama Hindu, menganut trimurti atau tiga muka (tiga dewa) dewa Brahma sebagai pencipta alam dewa Wisnu sebagai pemelihara alam ; dewa Syiwa sebagai perusak alam,misalnya :  banjir, angin topan, tanah longsor, gunung meletus, kebakaran dan bencana alam lainnya.

Kemudian datang agama Buddha yang mempercayai atau berpendapat asal berkelakuan baik jujur dan sholeh pasti masuk nirwana atau surga.penyebarnya ialah Sidharta Gautama di India menyebar ke setiap penjuru dunia termasuk ke Indonesia

Datangnya orang-orang barat ke Indonesia yang semula berdagang mencari rempah-rempah, akhirnya menjajah :  Inggris Portugis dan terakhir Belanda paling lama sampai 350 tahun. tidak heran kalau orang Indonesia banyak terpengaruh masuk agama Kristen.

Selain orang Inggris, Portugis dan Belanda juga orang-orang Gujarat yang beragama Islam berdagang sambil menyebarkan agama Islam. Perdagangan tukar menukar, dari orang Indonesia rempah-rempah,dari saudagar-saudagar Gujarat ada di antaranya dengan Alquran.

a)    Resi Dudamaya Bertapa

Diceritakan pada abad ke 15 tepatnya pada tahun 1447m. resi dudamaya bertapa di batu panggarangan Blok Panjakroma, muja semedi ingin memiliki ajian jaya sempurna. Jarak tempat bertapa dari dukuh Pasabinan ke tempat bertapa kira-kira 5 km kearah selatan.

Ki resi baru usai dari bertapa merasa adaperubahan dalam dirinya, sepertinya apa yang diinginkannya di Kabul oleh yang widi, terlintas dalam hatinya ingin mempunyai keturunan. Tiba-tiba muncul dua orang wanuja cantik laksana bidadari yang turun dari kayangan. Kedua wanoja itu minta di peristri oleh Ki Resi, dan Resi Dudamaya pun menyetujuinya.

Satu tahun kemudian kedua istri Ki Resi itu melahirkan, masing-masing bayi laki-laki sangan elok tampan daan menarik.

Setelah kedua anakitu berumur 7 tahun, kedua ibunya menghhilang. Tentu saja kedua anak itu sangat sedih dengan ratap tangis yang memilukan. Lain halnya Ki Resi yang waspada menyadari bahwa kedua istrinya tersebut adalah bidadari dari kayangan yang mendapat hukuman karena pelanggaran. Setelah hukumannya selesai tidak mungkin bisa bersama sama lagi karena beda alam. Eyang Resi memujuk kedua putranya bahwa ibunya sewaktu-waktu akan datang.

Diceritakan kedua bidadari yang sangat berat hati meninggalkan sang suami dan buah hatinya yang sangat dicintai, tidak bisa mengelak dari panggilan bebashukuman takut pelanggaran lagi yang tentu hukumannya akan lebih berat. Keduanya berpesan dengan suara tanpa wujud. “anak-anakku dan keturunan anak cucu Pasabinandan sekitarnya nanti bila ada harimau putih dan kijang tambal jangan diganggu itu adalah penyamaran kami ingin menengok anak cucu”.

b)    Nama Dukuh Desa Pasabinan Diganti Menjadi Desa Pasawahan

Diceritakan pada tahun 1527 masehi, para prajurit Islam gabungan Demak dan Cirebon bertempur sengit melawan bala tentara Portugis di Sunda Kelapa. Karena kegagah beranian para prajurit Islam melawan tentara Portugis walaupun sudah bersenjataan modern, akhirnya bala tentara Portugis kucar kucar-kacir di pukul mundur banyak yang tewas dan separuh berlarian tunggang langang ke kapal layar perangnya kembali ke Pasai tanah jajahannya.

Semenjak itu nama Sundakelapaa diganti nama Jayakarta dan kekuasaannya diserahkan oleh Sinuhun kepada putranya Sultan Hasanudin (Sebakingkin).

Sepulang dari perang para prajurit Islam gabungan Cirebon dan Demak sudah sampai di Cirebon, prajurit Demak pulang ke Demak.

Ada salah seorang prajurit Demak tinggal di Cirebon, pada suatu hari mohon pamit kepada Jeng Sinuhan untuk pergi melihat-lihat pedukuhan yang ada di sekitar Cirebon. Ia menuju ke sebelah Barat arah ke Gunung Ciremai dan sampailah ke Padukuhan Pasabinan. Masyarakatnya ramah dan hidup rukun dan damai. Tanah subur dan pemandangan alam yang menakjubkan, maka ia tertarik dan berminat untuk menetap tinggal jadi warga Pasabinan. Ia adalah seorang prajurit yang gagah berani sehingga mendapat julukan Sapu Jagat yang nama aslinya Syeh Andamoi.

Dia seorang yang pandai bergaul dan berwibawa sehingga cepat membaur dengan penduduk Pasabinan. Suatu kesempatan baginya untuk menerapkan agama Islam. Ia memberi dakwah disetiap situasi dan kesempatan. Warga Pasabinan makin tertarik dan sangat menghormati kepada Sye, sehingga tak heran kalau begitu cepat masyarakat memeluk Agama Islam. Semenjak itulah nama “Pasabinan diganti dengan nama Pasawahan pada tanggal 31 Agustus 1528 M.”

Pangeran Sapujagat/Syeh Andamoi mempunyai istri Nyi Unasih Setelah keduanya wafat terkenal dengan nama Mbah Buyut Sapujagat, kuburannya sekarang di pinggir sebelah Sapujagat ialah anak cucunya dan bertanggung jawab ke Cirebon.

Bale Desa tempat bermusyawarah dan alun-alun lama ada di Dusun Pahing RT 003/RW 001 150m sebelah Utara Bale Desa sekarang.

c)     Musyawarah Atau Careum Di Gunung Ciremai

Pada tahun 1529 M. Di masjid Demak berkumpul para wali Sanga Jawa Dwipa untuk membicarakan ilmu, membuka yang tersembunyi:

1.     Sunan Cirebon/ Sunan Gunung Jati Purba/ Wali Kutub (Imam) Cholifatur Rasulullah

2.     Sunan Giri

3.     Sunan Bonang

4.     Sunan Kali

5.     Sunan Kudus

6.     Syeh Majagung

7.     Syekh Bentong

8.     Syeh Lemah Abang

9.     Syekh Maghribi

Dalam musyawarah itu tidak tuntas sebab ada masalah seorang wali yang tidak sepaham yakni syekh lemah Abang. Musyawarah dilanjutkan di gunung Ciremai, semua sudah berkumpul, tetapi tetap syeh lemah Abang mempertahankan keyakinannya.

Lalu jeng sunan jati menghendaki mengadakan Riung lanjutan di masjid agung Cirebon.

d)    Pengadilan Wali Sangan Jawadwipa Di Dalam Masjid Agung Cirebon

Para wali meneruskan riungan di masjid Agung Cirebon, hanya seorang Wali yang tidak mau turut berkumpul yaitu Syeh Lemahabang yang berselisih paham, mungkin menjadi hati. Diundang beberapa kali tidak mau hadir, akhirnya diundang paksa mengutus empat orang wali.

Dalam bermunsyawarah Syeh Lemahabang tetap saja mempertahankan keyakinannya mengaku Robbul Alamin.

Atas usul para Wali bagaimana hukumannya orang yang mengaku Allah, Sunan Gunung Jati segera memberikan keris Kaki Kanta Naga Sunan Kudus. Segera Syeh Lemahabang disuduk.

Singkatnya cerita setelah mati tubuhnya menjadi kecil sekuncup kembang melati yang harum mewangi. Jenazahnya dikubur di tempat yang di sebut Astana Pamlaten karena jenazahnya hanya sebesar kuncup kembang melati, sekarang masih ada.

Ki Kuwu Cakrabuana memperingatkan, tidak boleh menyalahkan itikadnya para wali, sebab yang bisa menyalahkan harus lebih tinggi derajatnya.

e)     Situs Balong Kambang, Balong Ambit, Dan Sawah Dalem

Dalam perjalanan pulang dari Gunung Ciremai Jeng Sunan Cirebon berkenan beristirahat di Pasawahan, diterima oleh Pangeran Sapujagat dan masyarakat.

Pada waktu itu Jeng Sunan menciptkan dua kolam, pertama Balong Kambang dibentuk seperti Wayang Semar dan ikannya disebut ikan Sempalu. Yang satunya lagi Balong Ambit dibentuk Wayang Togog.

Tanah disekitar Balong Kambang diakui termasuk tanah Keraton Cirebon. Di sebelahUtara Balong Kambang dibuat sawah sekotak sebagai tanda atau lambing Pasawahan yang disebut Sawah Dalem. Setelah dipanen hasilnya disetor ke Cirebon untuk dibuat bibit mencampur Nasi Kuning setiap Muludan.

f)     Sejarah Gua Leubakreundeu

Mengenai sejarah Lebak rendah merupakan rangkaian jatuhnya raja Galuh prabu cakraningrat pada tahun 1528 Masehi. Takluk dan digabungkan ke Cirebon.

Diceritakan dalam perang antara Cirebon dengan Rajagaluh,para prajurit Cirebon dipimpin oleh Senopati di Pati awangga dan dari Rajagaluh dipimpin oleh Senopati Adipati kiban.

Pecahlah perang di Gempol: panah, bedil, tombak, meriam, pedang seperti hujan bercampur dengan asap dan bising suara prajurit.

Dipati kiban masuk ke medan perang berbusana jenderal perang mengendarai gajah bernama bangau yang tingginya 10 kaki memakai pakaian indah warna-warni, sangadipati kiban memegang gada, busur panah sambil gembar-gembor menantang.

Pangeran Dipati Kuningan segera maju mengendarai kuda si winduhaji turunan Sembrani tingginya 4 kaki. Adipati awangga mengenakan busana perwira perang gemerlapan cahayanya.

Kuda winduhaji melesat ke atas menyepak gajah bangan hingga gadingnya patah dan mengerang kesakitan sambil mundur. Kuda menabrak sambil menggigit belalainya hingga putus dan gajah bangau pun mati, Adipati kiban jatuh terlentang.di tempat matinya gajah bangunan itu disebut gunung gajah.

Dipati kiban mengamuk gadanya disebutkan kanan kiri. Dipati ewangga ngamuk menyabet tubuh sang kiban dengan pedang. Sang kiban lari ke atas gunung sambil melempari dengan batu-batu besar. Dipati ewangga terus mengejar saling banting saling dorong,saling tampar naik gunung turun gunung sehingga gunung berguguran.

Pangeran Dipati awangga jatuh terserempet Areuy oyong, cepat sang kiban menubrukkan nya. Sang pangeran tak berdaya, namun segera datang Ki Kuwu Cakra boeana menghunus golok cabang, sang kiban disabet lehernya, namun sang kiban masih dapat menghindar, cepat lari karena tidak tahan merasa panas pribawanya.sanksi band mereka yang masuk ke dalam gunung gundul menembus ke arah selatan sampai di sebuah gua yaitu gua Lebak reundeu, kira-kira 4 km ke selatan dari Desa pasawahan. Dipati ewangga dan kiku pulang ke Cirebon menghadap melapor kejang sunan jati.